Wednesday, April 10, 2013


KEGUNAAN SUMBER INFORMASI GEOGRAFIS
 DALAM PERIKANAN DAN KELAUTAN


Dosen Penanggung Jawab :


Rusdi Leidonald, SP, M.Sc
Oleh :

Tantri Ayu Syahfitri
100302046






LABORATORIUM SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA PERAIRAN

MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN

2013



PENDAHULUAN


Latar Belakang
       Sejak awal tahun 1995-an, sistem informasi geografis berkembang demikian pesat. Pada bidang aplikasi   pengelolaan sumberdaya lama, trend evolusi, adaptasi dan perubahan SIG tetap berlanjut sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pemakai. Pada awalnya perangkat lunak SIG maupun penginderaan jauh hanya dirancang menggunakan format data tertentu, misalnya hanya menggunakan struktur data raster atau vektor. Sejalan dengan kemanjuan teknologi, dan semakin banyaknya perangkat lunak SIG baik untuk penelitian maupun pengerjaan proyek berskala besar, perangkat lunak yang ada saat ini sudah mulai mempunyai kemampuan untuk mengolah atau menganalisis data vektor dan data raster sekaligus. Dari sejumlah perangkat lunak yang tersedia di pasaran, beberapa diantaranya dapat membaca format-format yang dikeluarkan oleh perangkat lunak lainnya (Loppies, 2010). 
        Sistem Informasi Geografis (SIG) / Geographic Information System (GIS) adalah suatu sistem informasi berbasis komputer, yang digunakan untuk memproses data spasial yang bergeoreferensi (berupa detail, fakta, kondisi, dsb) yang disimpan dalam suatu basis data dan berhubungan dengan persoalan serta keadaan dunia nyata (real world). Manfaat SIG secara umum memberikan informasi yang mendekati kondisi dunia nyata, memprediksi suatu hasil dan perencanaan strategis (Anonymous, 2008). 
         Sebagaimana telah diketahui, SIG membutuhkan masukan data yang bersifat spasial maupun deskriptif. Beberapa sumber data tersebut antara lain peta analog, data dari sistem penginderaan jauh (citra satelit, foto udara dan sebagainya), data hasil pengukuran lapangan, dan data GPS. Saat ini peningkatan informasi geografi mulai dikumpulkan dan disimpan dalam bentuk digital untuk kepentingan retrieva dan analisis data dengan menggunakan komputer. Awalnya SIG menggunakan file data secara langsung tanpa menggunakan database management system (DBMS). Dalam SIG, informasi geografi tidak dilakukan dengan pendekatan drafting task atau pekerjaan konsep melainkan sebagai aplikasi basis data. (Aini, 2007).

Tujuan
Tujuan dilakukannya pembuatan aplikasi SIG dalam bidang kelautan dan perikanan :
1. Mengetahui ikan di laut berada dan kapan bisa ditangkap
2. Jumlah yang berlimpah merupakan pertanyaan yang sangat biasa didengar.
3. Meminimalisir usaha penangkapan dengan mencari daerah habitat ikan, disisi biaya BBM yang besar,   waktu dan tenaga nelayan.
4. Mengetahui area dimana ikan bisa tertangkap dalam jumlah yang besar.




TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Sistem Informasi Geografis
       Dilihat dari definisinya, SIG adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Memiliki perangkat keras komputer beserta dengan perangkat lunaknya belum berarti bahwa kita sudah memiliki SIG apabila data geografis dan sumber daya manusia yang mengoperasikannya belum ada. Sebagaimana sistem komputer pada umumnya, SIG hanyalah sebuah ‘alat’ yang mempunyai kemampuan khusus. Kemampuan sumberdaya manusia untuk memformulasikan persoalan dan menganalisa hasil akhir sangat berperan dalam keberhasilan sistem SIG (Anonymous, 2010).

2.2 Global Positioning System (GPS)
           GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca, bagi banyak orang secara simultan. Saat ini GPS sudah banyak digunakan orang di seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi, kecepatan, percepatan ataupun waktu yang teliti. GPS dapat memberikan informasi posisi dengan ketelitian bervariasi dari beberapa millimeter (orde nol) sampai dengan puluhan meter (Anonymous, 2010).
       Pada dasarnya penentuan posisi dengan GPS adalah pengukuran jarak secara bersama-sama ke beberapa satelit (yang koordinatnya telah diketahui) sekaligus. Untuk menentukan koordniat suatu titik di bumi, receiver setidaknya membutuhkan 4 satelit yang dapat ditangkap sinyalnya dengan baik. Secara default posisi atau koordinat yang diperoleh bereferensi ke global datum yaitu World Geodetic System 1984 atau yang disingkat WGS’84. Secara garis besar penentuan posisi dengan GPS ini dibagui menjadi dua metode yaitu metode absolut dan metode relatif.

  1. Metode absolut atau juga dikenal sebagai point positioning menentukan posisi hanya berdasarkan pada 1 pesawat penerima (receiver) saja. Ketelitian posisi dalam beberapa meter (tidak berketelitian tinggi) dan umumnya hanya diperuntukkan bagi keperluan navigasi.
  2. Metode relative atau sering disebut differential positioning menentukan posisi dengan menggunakan lebih dari sebuah receiver. Satu GPS dipasang pada lokasi tertentu dimuka bumi dan secara terus menerus menerima sinyal dari satelit dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai referensi bagi yang lainnya. Metode ini menghasilkan posisi berketelitian tinggi (umumnya kurang dari 1 meter) dan diaplikasikan untuk keperluan survei geodesi ataupun pemetaan yang memerlukan ketelitian tinggi        (Winardi, 2010).


2.3 Citra Satelit

            Citra Satelit merupakan  suatu  gambaran  permukaan bumi  yang  direkam  oleh  sensor (kamera) pada satelit  pengideraan  jauh  yang mengorbit bumi, dalam  bentuk image (gambar) secara  digital. Saat ini dunia terutama negara-negara maju telah memanfaatkan citra satelit secara luas sebagai sumber dasar bagi proses analisa dan kajian di berbagai bidang aplikasi, mulai sumber daya alam, lingkungan, kependudukan sampai pada bidang pertahanan (militer). Di Indonesia penerapan teknologi penginderaan jauh ini, juga telah dilakukan, tetapi masih belum maksimal dan menyeluruh, baru secara parsial pada bidang-bidang tertentu saja. Hal ini disebabkan salah satunya oleh keterbatasan atau keterlambatan informasi dan kemampuan sumber daya manusia serta pendanaan yang belum sepenuhnya bisa mengimbangi perkembangan teknologi tersebut (Muhammad, 2010).
            Faktor-faktor yang mempengaruhi di lingkungan :
-          suhu permukaan laut (SST),
-          tingkat konsentrasi klorofil-a,
-          perbedaan tinggi permukaan laut,
-          arah dan kecepatan arus dan tingkat produktifitas primer (Abi, 2011).


2.4 Aplikasi Sistem Informasi Geografis di Bidang Perikanan dan Kelautan
      Pentingnya solusi yang terintegrasi berupa e-Ocean Fisheries Government, yakni berupa sistem informasi tentang kelautan dan perikanan yang berbasis SIG (Sistem Informasi Geografis) dengan kemampuan businees inteligent serta memiliki keandalan interoperabilitas sehingga bisa berbagi informasi secara luas. Selain itu berbagai database informasi perikanan global dapat diakses. Seperti contohnya FIGIS (fisheris global information system) yang menyediakan berbagai informasi seperti statistik perikanan, peta sebaran ikan menurut spesies, issue dan topik perikanan aktual, budidaya, perikanan laut dan teknologi penangkapan. Data tersebut tersedia kapan dan dimana saja kita perlukan. Selain itu badan PBB FAO juga telah menyediakan data dan informasi penting tentang bagaimana profil perikanan di suatu negara dapat dipilih dengan mudah melalui situsnya.
          Dalam kegiatan penangkapan ikan, pertanyaan klasik yang sering kali mencuat adalah dimana ikan di laut berada dan kapan bisa ditangkap dalam jumlah yang cukup besar. Pertanyaan penting itu perlu dicari solusinya. Apalagi usaha penangkapan dengan mencari daerah habitat ikan yang tidak menentu (asal-asalan) menimbulkan resiko tinggi, yaitu pemborosan BBM, buang-buang waktu dan tenaga nelayan. Dengan mengetahui area dimana ikan bisa ditangkap dalam jumlah yang besar tentunya akan menghemat biaya operasi penangkapan. Salah satu alternatif yang menawarkan solusi terbaik adalah mengkombinasikan kemampuan SIG dan penginderaan jauh (inderaja) kelautan. Dengan teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhi distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat dan dengan cakupan area yang luas. Faktor-faktor lingkungan tersebut antara lain menyangkut suhu permukaan laut (SST), tingkat konsentrasi klorofil, perbedaan tinggi permukaan laut, arah dan kecepatan arus dan tingkat produktivitas primer. Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebih mudah dilacak di suatu area melalui sistem teknologi informasi, hal ini dikarenakan ikan cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu seperti arus pusaran dan daerah front gradient pertemuan dua massa air yang berbeda baik itu salinitas dan suhu (Adiansyah, 2011).

2.5 Manfaat Sistem Informasi Geografis Dalam Perikanan dan Kelautan
Keuntungan yang diperoleh dari ketersediaan sistem informasi perikanan Indonesia dapat dilihat dari 3 (tiga) sisi yaitu sebagai pemberi data, sebagai pengambil keputusan, dan sebagai pengguna informasi. Dari sisi pemberi data keuntungan diperoleh dengan adanya pemanfaatan data yang lebih optimal dan peluang menjual informasi dengan dimensi lebih luas. Sisi pengambil keputusan memperoleh manfaat di dalam peningkatan pelayanan, pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat, maupun kebijakan-kebijakan yang akan lebih efektif  dan efisien. Sedangkan dari sisi pengguna informasi nilai tambah ada pada berkurangnya risiko atas tindakan yang tidak tepat, meningkatnya daya saing, dan meningkatnya keuntungan (Jumardin, 2012).



KESIMPULAN


Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan ini adalah : 
1. Dengan teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhi distribusi, migrasi dan        kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat dan dengan cakupan area yang luas.
2. Di Indonesia penerapan teknologi penginderaan jauh ini, juga telah dilakukan, tetapi masih belum maksimal dan menyeluruh, baru secara parsial pada bidang-bidang tertentu saja.
3. Keuntungan yang diperoleh dari ketersediaan sistem informasi perikanan Indonesia dapat dilihat dari 3 (tiga) sisi yaitu sebagai pemberi data, sebagai pengambil keputusan, dan sebagai pengguna informasi.


DAFTAR PUSTAKA

Abi, A. 2011. Aplikasi SIG di Bidang Kelautan dan Perikanan. http://amahabas.wordpress.com/
Adiansyah, O.W. 2011. Sistem Informasi Kelautan dan Perikanan.                    http://ogywahyu.blogspot.com/
Aini, Aisah. 2007. Sistem Informasi Geografis dan Aplikasinya. http://www.pdf-io.com [16 Maret2012].
Anonymous. 2008. Pengantar Sistem Informasi Geografis. http://ipv6.ppk.itb.ac.id/
Anonymous. 2010 . Apakah SIG Itu? http://www.scribd.com/doc/86736896/ [diakses 15 Maret 2012]
Anonymous.2010. Teknologi GPS.http://geodesy.gd.itb.ac.id/  [25 April 2012]
Jumardin, 2012. Manfaat SIG Sektor Kelautan Perikanan http://jumardin-caweli.blogspot.com/
Loppies, Ronny. 2010. Trend Teknologi SIG dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam. http://sig-kehutanan.blogspot.com/
W., Muhammad. 2010. Teknologi Pengindaraan Jauh  http://quickbirdonline.com. [diakses 4 April 2012]
Winardi. 2010. Penentuan Posisi Dengan GPS Untuk Posisi Terumbu Karang .          http://www.coremap.or.id/downloads/GPS.pdf  [diakses 25 April 2012]